Berikut artikel “Ayo ke Pulau Sumba…”, Semoga bermanfaat
KOMPAS.com – Pulau Sumba di Nusa Tenggara Timur (NTT) terkenal dengan padang savana, atraksi budaya Pasola, dan perkampungan tradisional yg masih asli.
Selain itu, pulau yg memiliki keunikan alam ini memiliki kawasan Taman Nasional (TN) Menupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti (MataLawa).
Saat ini Pulau Sumba membutuhkan konektivitas pengembangan pariwisata berbasis ekologi dan budaya.

Bahkan, kawasan Nihiwatu di mana terdapat hotel terbaik di dunia tahun 2016 menjadi tempat berlibur wisatawan mancanegara.
(BACA: Mau Liburan Mewah atau Backpacker ke Sumba? Bisa!)
Konsep konektivitas itu adalah wisatawan mancanegara dan Nusantara yg berkunjung ke Pulau Sumba yg bermula dari wilayah Sumba Barat Daya sampai ke Sumba Timur mampu mengunjungi obyek-obyek wisata yg terunik di Pulau Sumba di mana warga lokal memperoleh keuntungan dari kunjungan tersebut.
TN Menupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti memiliki keunikan-keunikan yg tidak dimiliki oleh kabupaten yang lain di NTT.

Contohnya tempat surga burung endemik, air terjun yg tertinggi di NTT, padang savana terunik di dunia, ritual-ritual adat yg langka serta manusia langka di dunia, bahkan ritual-ritual menguburkan jenazah yg unik.
Jika Anda berpetualang ke Pulau Sumba, bersiaplah menemukan keunikan-keunikan tersendiri, akan dari kuda liar yg hidup di padang savana, pengembalaan kerbau dan sapi secara liar.
(BACA: Nihiwatu Sumba, Inilah Hotel Terbaik di Dunia)
Ditambah lagi perkampungan-perkampungan tradisional yg langka dengan manusia Sumba yg menganut agama asli yg hidup di pegunungan dan lembah yg disebut kepercayaan Marapu.

Demikian disampaikan Kepala Balai Taman Nasional Menupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti (MataLawa), Maman Surahman kepada KompasTravel di Waingapu, Sabtu (25/3/2017).
Surahman menjelaskan, TN Menupeu Tanah Daru dan Taman Nasional Laiwangi Wanggameti di Pulau Sumba masuk tiga kabupaten yakni Sumba Barat, Sumba Tengah, dan Sumba Timur.
(BACA: Keunikan Tradisi Menangkap “Nyale” dan Pasola di Sumba Barat)
Kedua TN ini digabung menjadi sesuatu merupakan TN Menupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti (MataLawa) sesuai Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan lingkungan hidup RI Nomor P.7/Menlhk/Setjen/OTL.0/2016, dengan luas 90.142 hektare.

Menurut Surahman, penggabungan beberapa TN ini memberikan peluang kepada pihaknya bagi mengembangkan pariwisata berbasis ekologi dan budaya sehingga keajaiban-keajaiban budaya, alam dan manusianya memperoleh dampak untuk peningkatan ekonomi masyarakat.
Dua TN ini menjadi tempat yg terus dikunjungi wisatawan bagi melihat keunikan-keunikan delapan burung endemik Pulau Sumba, air terjun, keunikan-keunikan goa, puncak gunung Wanggameti yg tertinggi di Pulau Sumba, juga padang savana.
“Saya diberikan kepercayaan menjadi Kepala Taman Nasional di Pulau Sumba bagi mengembangkan keunikan-keunikan alam dan budaya yg unik serta mempromosikan secara luas agar wisatawan asing dan Nusantara mengunjungi pulau ini. Pulau ini masih tersembunyi di bumi Nusa Tenggara Timur karena kurang promosi,” katanya.

Surahman memaparkan, TN MataLawa menjadi penopang kehidupan warga masyarakat di Pulau Sumba, seperti pembangkit Daerah Air Minum alam (PDAM alam), sumber air minum buat warga di Pulau Sumba, sumber air bagi lahan pertanian dan persawahan di Pulau Sumba bahkan sebagai sumber energi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) yg telah berfungsi di dua aliran sungai besar.
“Taman Nasional MataLawa memiliki sekitar 20 sungai besar yg berhulu di dalam kawasan taman nasional tersebut. Terdapat 84 macam burung, 10 macam mamalia, 49 macam kupu-kupu, 29 macam reptil dan amfibi, 10 macam mamalia, 173 macam pohon, herbal dan tumbuhan bawah, serta 49 paku-pakuan,” jelasnya.

Ketua Bidang Ekotourism di Kawasan Konservasi Pusat sekaligus Tim Percepatan Pengembangan Ekowisata di dalam Kawasan Konservasi, Suwartono kepada KompasTravel di Waikabubak, ibu kota Kabupaten Sumba Barat, Jumat (24/3/2017) menjelaskan, Pulau Sumba sangat layak buat pengembangan wisata berbasis budaya, bahari dan alam.
Khusus bagi wisatawan ekologi, pulau ini dijadikan tempat festival bird watching, adventure di semua Pulau Sumba, serta wisata goa-goa alam.
Suwartono menjelaskan, Pulau Sumba memiliki kekhasan unik seperti keunikan ekosistem padang savana, lanskap, dan hutan yg masih asli dan sejumlah air terjun yg memukau.

“Lembaga Bird Life Internasional telah memutuskan kawasan Taman Nasional MataLawa sebagai important bird area karena ada 10 burung endemik Sumba seperti kakatua jambul kuning. Mari kami promosikan agar Pulau Sumba menjadi tujuan penting pariwisata di mana terdapat kawasan Nihiwatu sebagai hotel terbaik di dunia,” paparnya.
Untuk menunjang itu, lanjut Suwartono, dibutuhkan dukungan pemerintah buat akses yg bagus, fasilitas akomodasi standar internasional, dukungan dari masyarakat setempat buat menerima pengembangan wisata ekologi dan budaya.
Selain itu, perlu juga disiapkan orang-orang lokal dengan sumber daya manusia yg baik bagi pelayanan yg prima kepada tamu sesuai standar-standar pelayanan di daerah wisata. Orang lokal harus terlibat dalam industri pariwisata buat kemajuan Pulau Sumba.

“Saya berada di Sumba buat melakukan survei dan memberikan konsep tentang pengembangan wisata berbasis ekologi dan budaya serta adventure. Ada tiga air terjun besar di Pulau Sumba yakni Air Terjun Lapopu, Laputi, dan Matayangu,” katanya.
Suwartono mempromosikan “Ayo ke Pulau Sumba” dan merasakan keunikan-keunikan yg dimiliki oleh orang Sumba dan alamnya di dalam kawasan TN MataLawa.
Sumber: http://travel.kompas.com/read/2017/03/31/113600327/.ayo.ke.pulau.sumba.
Terima kasih sudah membaca berita “Ayo ke Pulau Sumba…”. Silahkan baca berita lain tentang Traveling lainnya.